Rabu, 09 Desember 2015

Tante Rini



Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil.
Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon.
Setiba dirumah Ary, aku disambut oleh istrinya.
Memang istri si Ary yang bernama Sandra 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.

"Mas Ary sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik," sapa si Sandra.
"Oh ya.." jawabku singkat.

Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.

Akhirnya setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si Ary hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 40-45 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.

"Mas mau potong rambut atau creambath nich," sapa ibu tersebut.
"Mau potong rambut bu" jawabku.

Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Rini menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.

"Wach pijatan ibu enak sekali" sapaku.
"Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak" jawabnya.
"Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri" jawabnya lagi.
"Sekarang ibu terasa cape enggak" tanyaku memancing.
"Memang Mas mau mijitin ibu" jawabnya.
"Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?" pancingku lagi.
"Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas" jawab Bu Rini sambil tersenyum.

Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata "Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?" pancingku lagi.
"Mas mau bawa ibu kemana?" tanya Bu Rini.
"Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu" Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali.

Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat kebun raya Bogor. Ibu Rini mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.

"Enggak nyusahin nich Mas"
"Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho." jawabku.

Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Rini aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.

"Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich"

Kulihat Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Rini hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.

Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Rini menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata "Maaf Bu yach".

Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Rini sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.

Wow kulihat pantat Bu Rini tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Rini hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.

"Och.. Och.."

Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Rini dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Rini.

"Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och.."

Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Rini, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.

Dan kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.

"Och.. Och.."

Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan lidahku sambil berbisik.

"Aku masukan yach Bu kontolku"

Ibu Rini hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina Bu Rini.

Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Rini mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini.

"Och.. Pelan-pelan Mas.." Bu Rini mengeluh.

Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Rini, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.

Setelah itu Bu Rini langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Rini di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Rini.

Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu Rini untuk main kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Rini duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Rini dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Rini tampak mendesah agak keras.

"Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat"

Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Rini dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.

Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Rini, disini kulihat Bu Rini mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Rini, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.

Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Rini. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Rini hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.

Selasa, 08 Desember 2015

Gairah Tanteku


Kejadian ini sebenarnya telah terjadi setahun yang lalu,
dimana waktu itu saya sedang kerja praktek di sebuah perusahaan swasta.
Waktu itu saya masih duduk di bangku kuliah di suatu universitas di Jogja,
pada semester 7 saya harus melakukan magang / kerja praktek di sebuah perusahaan, kebetulan saya mendapat tempat di perusahaan swasta terkenal di jakarta selatan.
Wah, kalau saya tinggal disana, biaya hidup pasti tinggi, belum biaya kost, buat makan sehari - hari dan buat yang lain. Maka dari itu, karena saya punya tante yang tinggal di Jakarta, tepatnya di daerah Cilandak, maka saya memutuskan untuk sementara waktu tinggal di tempat itu.

Tanteku ini bernama tante Silvi, umurnya baru 25 tahun, belum lama menikah (kurang lebihnya baru setahun yang lalu). Tetapi karena suaminya yang bekerja di perusahaan pertambangan sering mendapat proyek di luar kota, sampai sekarang tanteku ini belum mendapat momongan. Karena saking sibuknya suaminya itu, terkadang sampai 2 minggu bahkan 1 bulan dihabiskan di luar kota. Tante silvi
sebenarnya ingin ikut bareng suaminya kalau pas lagi ke luar kota, tapi karena tante Silvi juga seorang wanita karir yang bekerja di bank swasta, maka diurungkannya niatnya itu untuk menjaadi ibu rumah tangga saja, sehingga bisa sering ikut dengan suami kemanapun pergi. Tanteku Silvi orangnya manis, dibilang cantik enggak juga tetapi dibilang jelek ya enggak juga. Wajahnya bulat oriental, punya lesung pipi dan mata yang indah dengan tinggi 160 cm dan rambut lurus seperti bintang iklan shampoo saja, sehingga melihatnya berkali-kalipun tidak bakal bosan. Bodinya itu yang aduhai, mungkin karena belum pernah punya anak ya.. jadi kelihatannya masih bodi perawan..

Rencananya aku akan mendapat kerja praktek selama 2 bulan, maka dalam 2 bulan itu aku meminta izin ke tante Silvi untuk sementara waktu bisa menumpang di rumahnya yang kebetulan juga tidak jauh dari lokasi tempat kerja praktekku. Pertama kali datang ke rumah tante Silvi, suaminya akan pergi ke kalimantan untuk menyelesaikan proyek tambangnya selama 2 bulan, dengan wajah yang sedih, tante Silvi melepas kepergian sang suami untuk sementara waktu. Suaminya bilang, ?Tenang sajaa ma, kan ada dek Andi yang mau tinggal disini.. ga perlu takut kan ?? jadi ada yang bisa nemenin gitu? Tante silvi cuma mengangguk. Rumah tante Silvi lumayan bagus, ada 2 lantai dan punya beberapa kamar. Tetapi sayangnya pembantunya baru-baru ini pulang kampung sehingga belum ada pembantu penggantinya. Aku dipersilahkan untuk tidur di kamar dekat dengan kamar tante Silvi yang ada di ruang tengah. Kelihatannya sepiii banget rumah ini, jadi aku pikir aku mesti bikin suasana rumah bisa menjadi agak rame.. biar rumah ini gak kayak kuburan saja.

Seminggu pertama, sepertinya suasana masih biasa-biasa saja, walaupun pas lagi di rumah aku sering nyetel music, nyetel film, ato maen gitar biar nambah rame.. Tapi karena kesibukan tante Silvi sehingga pas pulang kantor langsung makan lalu tidur, ato cuman nonton TV saja terus langsung tidur, Aku jadi kurang akrab dan merasa ga enak saja. Tinggal di rumah cuman berdua, tapi sedikit
ngobrolnya? Hari jum?at, di akhir pekan aku pulang agak malam. Waktu sampai di rumah, kebetulan tante Silvi juga baru nyampe depan rumah, aku langsung bukain pintu gerbang agar tante silvi bisa langsung masukin mobilnya ke garasi. Hari itu kayaknya tanteku ini lagi suntuk banget, muka sepertinya pucat. Aku langsung berinisiatif buat bikinin teh manis hangat buat tanteku ini, pas tante masuk rumah langsung ia senderan di sofa panjang sambil nyalain TV. Aku datang dan langsung nawarin teh yang aku bikin tadi dan tante silvi langsung meminumnya. Ga lama aku pun ngobrol dengan tante, ga seperti biasanya tante kayak gini.. Jawab tante cuman kecapekan saja. trus aku ngobrol tentang praktek kerjaku di perusahaan itu lumayan, orang - orangnya enak. Sambil nonton TV aku dan tante silvi ngobrol kesana kemari, kasihan juga ya tanteku ini udah nikah tapi serasa hidup sendiri saja.. Ga berapa lama, tukang nasi goreng lewat, dan aku yang emang udah laper dari tadi langsung
beli dan juga beliin tante yang juga belum makan malam. Sehabis makan, aku langsung mandi. Aku liat tante masih lemes banget, makannya juga ga habis dan langsung ketiduran di sofa. Aku berusaha bangunun tanteku agar segera pindah saja ke kamarnya karena di luar dingin dan banyak nyamuk, tapi karena sudah capek jadi ga bisa dibangunin. Setelah 1 jam, aku berpikir-pikir bat mindahin tante ke kamarnya, tapi ga enak.. trus karena kasihan juga, tanpa pikir panjang langsung kuangkat tante dipindahin ke kamarnya.

Sewwaktu aku mau meletakkan tante ke tempat tidur, tanteku terbangun dan senyum ke aku, trus bilang ?tante tidur di sofa juga gapapa, udah biasa?. Trus aku bilang ?lebih baik di dalam saja tante, kan di luar dingin, banyak nyamuk lagi.. ? tante trus bilang makasih ke aku. ?Oh ya, Ndi, kamu lagi mau ngapain ga ? kayaknya badan tante pegel-pegel nih.. mau ga mijitin kaki tante sebentar..?? tanya tante Silvi. ?Hmm,? ya gapapa deh tante, aku belum mau tidur koq..!? Jawabku. Ga lama kemudian aku keluar dari kamar tante, karena tante akan mandi dulu biar agak segeran dikit. Trus ga lama kemudian aku dipanggil ke kamar tante, aku liat tante make piyama yang udah siap untuk tidur, tapi sebelum
tidur aku disuruh mijitin bahu, tangan, dan kaki tante. ?Ndi, tante tolong pijitin bentar ya.. Badan tante Pegel banget nih.., daripada manggil tukang urut, mending kamu aja deh gapapa..?. Aku langsung mijitin tangan tanteku dulu, tanggannya halus? ada bulu bulu halus yang numbuh di tangan, yang bikin aku jadi nafsu aja. Kemudian aku mijitin bahunya, dengan posisi tanteku telungkup. Badan tanteku ini putih bersih dan wangiii banget, ga tau habis make sabun apa, kok wangi banget.. Tante merasa nyaman karena pijitanku ini enak.. sampai-sampai pas belum selesai mijitin kakinya, tanteku sudah tertidur. Aku langsung ngambilin selimut buat tante. Ga lama kemudian aku juga ngerasa ngantuk dan kembali ke kamarku lalu tidur.

Esok paginya aku bangun agak siangan ga seperti biasa, karena emang hari ini hari sabtu dan perusahaan emang libur. Tau-tau di meja makan sudah tersedia teh hangat dan bubur ayam. Pikirku, ?Wah, baek banget nih tante, pagi-pagi udah disiapin sarapan. ? Sehabis mandi, aku liat tante sudah nonton TV dan nungguin aku buat sarapan pagi bareng. aku langsung diajakin sarapan pagi dan aku lihat tante silvi sudah seger.. dan ga keliatan capek lagi. ?Wah.. tanteku udah seger nih.. ? kataku.. Tante trus bilang makasih udah mijitin sampe-sampe ketiduran. Sehabis sarapan aku dan tante ngobrol-ngobrol bareng sambil nonton TV lagi. Siangnya aku diajakin nemenin tante belanja di supermarket dekat rumah. Sehabis belanja banyak, tanteku tidur siang dan aku ke kamar buat mainan game di laptop yang biasa aku bawa. Ga lama maen game, bete juga pikirku. Trus aku cari aja film bokep koleksiku hasil dari download dan dapet dari temen-temen kampus. Ada yang indo, asia, sampe bule-bule. Kurang lebih sejam aku nonton sendirian pake headphone biar suaranya ga kedengeran kemana-mana, sampe burungku bolak-balik mengeras. Hehehhe? Tau-tau tanteku masuk ke kamarku, katanya aku dari tadi dipanggil-panggil tapi ga ngejawab, jadi tanteku langsung masuk saja ke kamarku. Aduhh? ketahuan deh aku lagi nonton bokeps, tante langsung mendekat ke aku, dan bilang, ?kamu ya ndi, nonton sendirian aja.. bagi - bagi tante dong !! ? Aku agak ga enak, aku pikir tante mau marah ke aku, tapi habis itu, aku diminta buat nonton bareng saja di kamar tante. Trus kami berdua nonton film bokep bareng di kamar tante yang lumayan besar. Ga lama nonton, tanteku lansung megang guling. Kayaknya tanteku ini udah teransang.. tingkahnya jadi aneh banget.. Aku jadi ga enak, sambil senyum-senyum aku nonton, trus tanteku yang ngelihatku langsung nyubit aku, kenapa senyum-senyum sendiri..

Lama nonton, udah sekitar 1 jam-an, tanteku rupanya sudah ga tahan.. trus nanya ke aku, ?Ndi, punyamu segede itu ga ? ? Aku jadi deg-degan, tau-tau tante nanya-nanya anuku. Aku cuman senyum aja, tapi Mukaku jadi memerah.. trus tanteku bilang, ?Gapapa, jangan merah gitu dong mukanya, biasa aja.. Kan tante cuman nanya, tuh jadi tegang kan tititnya ? hihihi?.? kata tante. ?Engga papa tante, kan malu kan masa? diliatin tante..??? Jawabku. ?Yah, cemen.. ngeliat aja ga boleh apalagi gituan.. ?? Andi emang udah punya pacar blom sih ?? ? tanya tante ? ya udah do.. dooong tante ? jawabku gugup. Trus tante balik ngejawab ?Belum punya pacar ya.. ?? masih perjaka dong !! hhiihii.. Apa kau mau
liat punya tante dulu nih ???.. tante langsung berdiri dan sambil ngangkat roknya, ngelepas celana dalemnya. Trus ngeliatin semuanya ke aku.. ?Nih punya tante.. masih bagus kan ??? jawab tante. Aku jadi malu, tapi tetep aja aku liatin,.. Kesempatan kan ga dateng dua kali.. Memeknya keliatan merah dan agak basah, mungkin karena terangsang nonton film tadi. Jembutnya lumayan lebat tapi rapih, mungkin karena sering dicukur dan dirapihin kali. Aku gugup banget, baru kali ini liat punya cewe secara langsung.. aduh rasanya jantungku ini berdegub kencang !!. Kontolku jadi makin mengeras karena terangsang.. Ga lama langsung kupelorotin celana dan CD ku langsung sehingga tante Silvi ngelihat langsung kontolku yang sudah menegang kayak rudal. ?Nah gitu dong jangan malu-malu.. ga Gentel kalo masih malu-malu gitu.. Tititmu lumayan gede juga ya.. sama kaya punya suami tante.. hehehe.. bulunya ga pernah dicukur ya Ndi ?? Kok semrawut gitu ?? .. Aku pegang ya ndi? kata tante. ?Iiii ya tante,.. emang ga pernah aku cukur.. blom ada yang mau nyukurin sih tante.. Aku elus ya punya tante..? kataku, aku jadi ga gugup lagi. Tanteku langsung membuka baju dan roknya, kemudian mbuka BHnya .. ?Aku jadi kagum ama tante, punya tante bagus ya.. aku mau jilatin nenennya ya..? Aku langsung saja ngejilatin abis nenenya gantian kiri dan kanan.. ukurannya lumayan gede, 36B. Aku semakin terangsang karena tante silvi terus saja ngelus-elus batang kemaluanku. Sambil ngulum abis toketnya, tanganku ga henti-hentinya ngelus-elus memek tanteku yang emang alus banget, dan bulu-bulunya sering aku tarik-tarik.. ?Jangan ditarik dong sayang, kan atit.. ? Kata tante. ?tapi enak kan tante.. ? jawabku. Kuubahkan posisiku, lalu aku jilatin memeknya yang kemerahan itu, trus aku tarik-tarik bulu jembut ya, aku buka belahan memeknya, ternyata itilnya gede juga, merah gitu. Langsung saja aku jilatin itilnya sampe sampe tante silvi menggelinjang keenakan. Ga lama kemudian aku masukin jari ku ke vaginanya. Kukocok -kocok sampe keluar airnya, Tanteku makin keenakan.. ?Ochh? ohh..uhhhh?? Kemudian aku mainin itilnya pake lidah, kepalaku langsug dijepit pahanya, karena tanteku kegelian. ga lama kemudian, ?Tante mau pipis nih.. adhuuhhh? adhuuh..? kata tante. Trus aku bilang saja ?ya pipis aja disini gapapa tante.. ? jawabku. ?Aahhhhh.. uuuhhhhh? enaaakkkk? nghhhhhhhh? suara tanteku yang mendesah-desah. trus tanteku pipis karena orgasme yangsangat amat.. karena keluar air banyak banget.. sampe netes-netes. Abis itu gantian, kontolku yang dikocok abis dan dikulum-kulum, ga berapa lama, cuma hanya 3 menit aku langsung ngecrot.. ?Adhuhh tante .. kena muka tante deh.. maaf ya..? Tanteku senyum-senyum dan berterima kasih.. Ga lama kemudian HP tanteku bunyi, rupanya suaminya dari kalimantan nelfon. Aku buru-buru pake celana dan ke kamar mandi.

Selesai dari kamar mandi aku langsung duduk di depan sofa sambil nonton TV. Ga lama tante Silvi teriak dari kamar mau ambil handuk buat mandi ?handuk putih tante dimana ya ? ?. Rupanya dari tadi suaminya nelfonin. Mudah-mudahan saja ga terjadi nanya apa-apa deh. ?Oh di jemur di belakang tante.. aku ambilin apa ??? jawabku. Tau-tau tante Silvi dengan masih telanjang bulat keluar dari kamarnya menuju belakang rumah. Aku heran ama tante, kok ga malu yaa, mungkin udah nanggung kali.. gapapa deh pikirku, lumayan ada pemandangan. heheheh? Tante langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Malam pun berlalu, aku pun kemudian tidur. Demikian juga dengan tante Silvi juga tidur sehabis mandi.

Hari Minggu pagi, aku bangun dari tidur dan masih terbayang-bayang memek tanteku yang legit banget.. Waktu aku mau mandi, kran di kamar mandi rusak, jadi aku ketok-ketok pintu kamar tanteku buat numpang mandi. Tante Silvi cuman bilang saja langsung masuk karena ga dikunci. Aku langsung menuju
kamar mandi di dalam kamar tante Silvi. Belum lama aku mandi, tau-tau tante Silvi ketok-ketok pintu toilet, ?Ndi, buka bentar dong..? kata tante. Aku yang lagi nanggung mandi langsung berhenti buka pintu sedikit sambil ngeluarin kepala doang, karena masih telanjang. Tante Silvi tiba-tiba aja masuk ke dalam dan bilang ?Tante kebelet pipis nih.. mau liat tante pipis ga ??, semalem tante tidur ga pake CD soalnya jadi udah kebelet pengen keluar jadi ga bisa ditahan.. daripada pipis di kasur, ntar kan repot..!!? jawab tante sambil ngebuka piyamanya langsung duduk di closet. ? Nih liat punya tante lagi pipis.. lucu yaa.. Itil tante gede ga sayang ??? canda tante. Aku langsung terangsang.. kontolku langsung bangun, dan tante ngeliatin aja sampe pipisnya abis. Aku bener-bener deg-degan. Sesudah selesai pipis, tanteku langsung megang kedua tanganku, dan tanganku ditempelkannya ke memeknya. ?Ayo kita mandi bareng sayang.. ntar sekalian bulu jembut kamu tante rapihin.. kamu juga ntar gantian ya cukurin jembut tante.. kali ini tante pengen ga ada jembutnya.. yah.. yahh.. ? ajak tante. Langsung saja aku jawab ?Iya tanteku sayang..?.

Aku ngelus-elus toket dan memek tante Silvi yang udah telanjang bulat, demikian juga tante Silvi ngocok-ngocok kontolku yang dari tadi sudah ngaceng. Setelah elus-elusan, tante ngambil alat cukur yang biasa buat nyukur jembutnya. ?Sayang, tante cukur ya.. mau model kayak gimana ?? kalo tante pengennya kamu, hmmmm.. dicukur abis aja yah sayang.. biar enak.. ntar punya tante dicukur abis
juga.. OK ??? kata tante Silvi. ? iya deh apa aja tante.. yang penting enak buat gituan..? kataku.. ?Looh.. kamu ngajakin tante gituan yaa ?? gituan apa hayoo ?? kamu pengen ML ama tante ya ?? nakal ya kamu sekarang? nanti saya sentil tititnya loohh..? canda tante. ?Hehehehe..? jawabku singkat. Ga lama tante nyukurin abis jembutku yang tadinya gondrong, sekarang jadi alus ga ada bulunya sama sekali. ?sekarang gantian yah sayang.. Memek tante udah gatel nih udha pengen dicukur.. Cukurnya hati-hati ya.. jangan sampe punya tante lecet.. Kalo lecet ntar ga dapet jatah kamu..!!? ancam tante. ?Sebelum dicukur aku gesek-gesekin penisku ke itilnya tante yah.. biar ga kaget.. ? kontolku yang lagi ngaceng kutempelin ke itilnya tante Silvi, tante Silvi merem melek keenakan. ?Punya tante itilnya yang gede, dadi enak buat mainan nih.. ?. akuku. Trus aku langsung cukur jembut tante Silvi pelan pelan.. sesekali aku jilatin biar ga bosen.. tanteku kayaknya seneng banget.. sekarang memek tante udah ga ada bulunya sama sekali. Putih bersih dan aku bersihin pake sabun sirih, biar wangi.. jadinya memek tante silvi lucu, nongol itilnya dikit.. aku jadi makin terangsang saja. Abis itu aku dan tante silvi mandi bareng pake shower sambil ciuman pelukan sesekali aku kocok-kocok memek tante pake jari pas mandi. ?uhh.. enak banget tante.. romantis .. tante emang ga ada duanya ? akuku. Jadinya aku mandi lama banget sampe ga kerasa lama banget. Abis mandi kami berdua keluar tanpa busana lanjutin ML di kasur kamar tante silvi. Langsung aku rebahin tante silvi, kemudian aku kangkangin kakinya, aku jilatin memeknya yang baru dicukur.. tante silvi mendesah-desah keenakan, kuremasremas toketnya sampe kenceng dua-duanya. Benar-benar pagi yang indah.. ?Ayo dong masukin ? masa cuma coli aja ??? ajak tante buru-buru. Rupanya tanteku ini udah gak tahan. Aku langsung genjot.. masukin kontolku ke memek tante silvi. Rupanya masih keset.. baru separo panjang kontolku juga masih keset, trus aku masukin sampe abis.. goyangan tante silvi bagai goyang gergaji dewi persik sehingga bikin aku keenakan bagai di surga dunia. enak tante.. ahhh.. uhhh..aaghhh?.plok.. plokk?. ga lama, tante sudah pengen keluar.. crtt..ccrtt.. ppsss? keluarlah air kenikmatan dari memek tante yang semakin berdenyut-denyut ngenyot kontolku.. ?hangattt.. enakkk..? kata tante. Aku ganti posisiku di bawah, tante silvi dengan goyangannya mengocok kontolku. Ga berapa lama, aku udah mau keluar. ?Tante.. aku mau pipis nih.. di dalem apa di luar ?? ahh ahh..? ? ?Ntar tunggu bentar tante juga mau pipis.. ahhh.. uhhh..aggghhhrrr? ahhhh.. uuhhhhhh?. mmgghhhhh?mmhmhmhhhhh nih tante mau pipis.. Ayo sayang kita pipis bareng..? crrooot.. croottt? ssooorrr pssss? agghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh?.. ?? aku dan tante silvi orgasme bareng.. Langung aku peluk dan cium tante silvi erat-erat.. dan ga aku lepasin dulu kontolku dari memek tanteku.

Adik tanteku yang lugu



Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi.
Apalagi kenyataan yang ada dikampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi.
Bukan karena tidak ada kemauan,
tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan.
Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.
Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.
Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.
"Arie.." sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.
Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.
Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak.
Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.
Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.
"Selamat siang Pak," Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
"Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Asep.
"Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?"
"Bapak Budiman yang mana Dik," tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
"Anu Pak, apa ini PT. Rido," tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
"Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
"Adik ini siapa," tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
"Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang."
"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.
Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Arie.. Apa masih ingat sama Bapak," kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
"Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak," kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
Pak Dadi terus menerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun."
Arie jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun."
Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.
"Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu," sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, "Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah," tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun.
Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.
Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.
Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.
Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.
Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie.
"Tante sudah menunggu dari tadi Arie," bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang.
"Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa", lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
"Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk."
Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.
"Nah, itu Yuni," kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. "Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie,
ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu.
Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie.
Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.
Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.
Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.
Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya merosot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya.
Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante." Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.
Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu," goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.
Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah," tanya Yuni.
"Belum," jawab Arie menggoda Yuni.
"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR," rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.
Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.
Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.
Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. "Nah, gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.
Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.
Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.
PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.
Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.
"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah."
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."
"Boleh, tapi ada syaratnya," kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu. "Kaak.. apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun."Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."
Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.
Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Arie," sambil Menguap.
Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.
"Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan," guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang."
Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni.
Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.
Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
"Kamu kenapa belum tidur Ari," kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
"Anu Tante, tidak bisa tidur," balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.
"Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie."
"Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu," jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah.
"Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan," tanya Arie mengisi perbincangan.
"Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani.
Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya.
Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.
Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
"Kamu kenapa Arie," tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
"Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek," balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.
Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.
Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar." Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.
Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan.
Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah merosot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.
Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.
Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.
"Tante, kapan Tante datang", suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.
"Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah." Tante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. "Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau," goda Tante Rani, "Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi," nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.
Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu." Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, "Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya."
Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.
Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.
Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Aduh punya kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.
Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini.. ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang.
Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T.
Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. "Ahkk, nikmat.." Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. "Arie.. Tante sudah tidak tahan lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.
"Aduh. aduh.. Tante nikmat sekalii.." erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. "Aduuh Riee.. terus tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee.. nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.
"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras."
Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.
Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.
Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata,
"Terus Tante.. terus Tante..", Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.
Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp.., slurp.., akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.
Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila kamu Riee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya." Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.
Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante.." sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. "Clepp.." suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.
"Ariee.." rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.
"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi.. Sayang.." desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, "Aduh Tante.. terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.
Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. "Ariee.." suara Tante Rani bergetar, "Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaah". "Iya Tante.." jawab Arie.
Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaa." Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, "Tantee.. Tantee.." dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Riee..". Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.
Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan."
"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.
"Aduh untung batang kemaluanmu Riee.. tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, "Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Riee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.
Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.
Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya." Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.
Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.
"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Kamu tidak kuliah Riee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. "Sudah ah.. Tante sekarang mau ke kantor dulu," kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.
Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah merosot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.
Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja," kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, "Iyaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."
Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.
Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.
Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Ariee, tidak dikunci." balas Yuni dari dalam kamar.
Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia.
"Ada apa Kak Arie," kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. "Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.
Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, "Ini namanya penis.. Sayang," kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.
Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya.
Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. "Kamu juga mau mandi Yun," kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.
Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan.
"Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.
Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.
Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. "Pek.. pek.." suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.
Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. "Auu.." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.
Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya.
Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.
Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. "Aduhh.. Kaak.." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak.."
Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.
Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.."
Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. "Aduhh.." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua.
Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preet.." Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.
Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana badanmu," kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.
Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, "Aduhh.." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh.. aduh.. Kak.."
Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.
Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.
Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.
Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang," tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah Tante, mau cari sangkar di mana," jawab Arie mengelak. "Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante."
Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa.. Buktinya burung kamu tidak mau berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok."
Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.
TAMAT

Sabtu, 05 Desember 2015

Si Montok Tante Anna



Cerita yang dituangkan di sini adalah kisah nyata
dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan.

*****

Diawali dengan masuknya aku ke salah satu kampus yang kebetulan memang tempat cita-citaku sebagai ahli komputer. Pada tahun 1994, kepindahanku dari Jakarta Barat ke Bandung, tepatnya aku tinggal di daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali kedua orang tuaku, dan sekarang aku tinggal bersama pembantu dan seorang anak kecil.

Beranjak dari kehidupanku yang jauh dari kedua orang tua dan aku baru saja memiliki motor untuk mendukungku berangkat ke kampus. Aku mulai terbiasa dengan kehidupan bertetangga dan aku sering dipanggil untuk membantu tetangga dekat yang kadang kuperhatikan sepertinya adalah seorang wanita beranak satu dan suaminya jarang di rumah. Usianya kira-kira 32 tahun, di sini namanya aku samarkan saja yaitu Anna. Aku memanggilnya Tante Anna.

Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 1995 aku mulai merasakan gejolak nafsu yang amat sangat terhadap wanita. Pada suatu malam aku mulai merasa ingin sekali bermain/bertamu ke rumah tante Anna namun aku selalu tidak berani dan merasa takut kalau nanti suaminya akan datang dan aku akan dikomentari tidak baik.

Bulan itu adalah bulan Januari 1996, usiaku pada saat itu baru 19 tahun dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini aku mengkisahkan hal sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu malam Jum'at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras dengan diikuti angin kencang.

Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam kelahiranku. Aku duduk-duduk seorang diri sambil menghisap rokok kesukaanku, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita menghampiriku yang ternyata adalah tetangga sebelahku (Tante Anna).

"Ada apa tante?" aku mulai bertanya.
"Bob, (namaku) tolong dong pasangin lampu kamar saya di rumah,"

Ternyata lampu kamar tante Anna putus dan aku disuruh memasangkannya. Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju rumahnya melalui pintu belakang. Di saat aku mengikutinya aku sempat terangsang dengan sentuhannya pada saat memasuki pintu belakang, karena ternyata dia tidak menggunakan bra dan aku sempat gemetar.

Sementara ini aku berkonsentrasi dengan permintaanya agar aku memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku diminta untuk duduk dulu minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan. Aku duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama baru anaknya dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Anna berdua di ruangan tengah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku minta izin untuk pulang namun aku dicegah, ia memintaku menemaninya ngobrol. Lama kelamaan aku mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari temannya, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum'at ada hantu kalau sendirian di rumah.

Asyik juga lama-lama acara mengobrolnya hingga tanpa kusadari tante Anna mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di paha sebelah kiriku, karena aku rebahan agak di belakang dari tante Anna. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku dingin. Karena baru pertama kali ini aku diperlakukan seperti itu (aku masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante Anna mulai bergerak menuju selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat itu aku memakai celana pendek berbahan lemas.

"Hei, Bob!, ini kamu kok bangun?" tanya tante Anna.

Saat itu aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian diciumi. Hingga pada saat bibirku dikulumnya aku mulai panas dan terangsang amat sangat.

Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Hingga tante itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada selangkanganku dan membuka celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang terjadi ternyata penisku dimasukkan ke mulutnya. Aku merasa sangat tegang dan memang baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini. Dengan lembut dan penuh penghayatan, penisku dipegangnya, kadang dijilatnya kadang dihisapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai pada buah zakarku juga di kulumnya.

"Bob, jangan keluar dulu ya?" ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh penisku.
"Akh.. Mmnyamm"

Aku sudah dapat membaca bahwa tante sangat haus akan sex. Seperti orang yang lama tidak bersetubuh hingga dengan ganasnya aku mulai ditindihnya dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong Tante Anna kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menciuminya, kemudian kulumat teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang. Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante Anna mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar aku lebih keras lagi menghisapnya.

Lama aku bermain di sekitar payudaranya sampai akhirnya aku disuruh menjilat bagian yang sensitif di antara selangkangannya. Aku mulai sedikit mengerti. Dengan dibantu tangannya, aku mengerti yang mana yang harus aku jilat dan kulumat. Hingga pada akhirnya aku ditariknya kembali ke atas sampai aku menindihnya dan dadaku menekan toketnya yang semakin agak keras. Lalu aku didorong ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya kembali namun sekarang tante Anna memegang penisku yang semakin keras kemudian dengan perlahan tante Anna membimbingnya memasuki liang kenikmatannya.

Posisi tante Anna berada di atas seperti orang naik kuda, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan bokongnya. Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante menjerit kecil menahan sesuatu namun sambil mencengkeram bahuku..

"Akhh, Bob, saaya keluar nih, ahh.. Ahh.. Ohh.. Bob kamu belum keluar ya?"

Kemudian aku membalikkan tubuhnya dan sekarang aku ganti berada di atasnya dengan penisku masih menancap di liang kenikmatan itu. Aku mulai menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan penisku. Lalu aku mengambil posisi duduk di antara selangkangannya sambil mengocoknya. Suara yang keluar dari mulut Tante Anna membuatku sangat terangsang.

"Bob, yang keras dong, lebih cepat kamu kocoknya," kata tante sambil memegang kedua tanganku. Aku merasa belum akan sampai, tapi tiba-tiba tante Anna mulai menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya.
"Bob, ah.. Saya mau keluar lagii. Bob.. Ahh.. Ohh Bob"

Lalu aku disuruhnya mencabut penisku dan tante Anna keluar menuju kamar mandi. Tidak berapa lama dia kembali dan membawa kain basah lalu mengusapkannya di penisku yang mulai lengket. Kemudian, tante Anna mulai menaiki tubuhku kembali dan memasukkan penisku ke vaginanya yang ternyata sudah kering. Ia memulai dengan gerakan lambat dengan menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan aku kemudian diminta berposisi di atas.

Sekarang aku yang mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulai bereaksi namun sangat seret dan terasa penisku dijepitnya. Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan penisku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Anna, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Lama aku mulai merasakan terangsang. Dengan mengulum toketnya aku mulai bereaksi dan aku mulai merasa ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan diiringi jeritan kecil tante Anna yang ternyata juga keluar bersamaan sampai aku tak bisa menahan diri. Kemudian aku langsung dipeluknya erat-erat dan tidak boleh mencabut penisku sampai aku tertidur.

Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan hordeng jendela masih tertutup. Aku sempat kaget dan kulihat diriku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed Tante Anna. Tak berapa lama kemudian Tante Anna membuka pintu dan masuk kembali ke kamar.

"Bobby! Kamu sudah bangun?"
"Ya.." jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Anna yang ternyata baru selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk.

Handuk itu hanya menutupi sebatas toketnya dan pangkal pahanya yang putih merangsang. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja penisku yang sudah loyo bangun kembali, namun kuurungkan niatku untuk bermain di pagi hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.

Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk minta handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Anna belum juga berpakaian sementara handuk yang melekat di tubuhnya sudah tidak ada. Aku pandangi terus tubuh tanpa busana itu, lalu aku mendekatinya dan sempat kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Anna dan tanpa basa basi lagi dikulumnya lagi penisku hingga basah oleh liurnya.

Pagi ini ternyata aku sudah mulai on kembali oleh kuluman, hisapan, dan belaian tante Anna pada penisku. Lalu aku dimintanya berdiri dan melumat toketnya yang sudah agak mengeras pada putingnya yang berwarna agak kemerahan. Kujilat, kuhisap kadang kuremas pada toket yang satunya. Kembali aku didorong dan ditindihnya lalu.. Bless.. Slepp.. Ternyata penisku sudah digiringnya masuk kembali ke liang kenikmatannya. Dengan agresif dan penuh nafsu, digoyangkannya maju mundur pantat Tante Anna hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua toketnya dengan kedua tanganku.

"Ah.. Aah.. Ahh.. Ohh, Booby saya puaas ssekalii. Bob, saya mau.. Keeluaar.. Ahhohh.."

Lalu Tante Anna mencabut penisku dari memeknya dan membersihkannya dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali senjataku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Anna menjerit kecil..

"Aahh.. Oohh, Bobb.. Mentok nih? Terus bob tekan punya kamu, oh Bob!"

Lama sekali aku memainkan Tante Anna, kemudian aku mencoba kembali dengan posisi Doggy Style. Tante Anna sambil membungkukkan badannya di atas kasur kucoba untuk memasukkan penisku dan Blees.. Slepp..

"Ahh, Bobb.. Terus Bob, Masukin sampai dalam, oh Bobb.. Yang kasar Bob"

Lalu dengan cepat aku memaju mundurkan pantatku hingga aku sudah tidak tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada dimana kenikmatan itu terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang kukeluarkan tidak kubuang keluar.

Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Anna, kuusap-usap toketnya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan hingga sampai kumain-mainkan dengan tanganku.

"Bob, udah ah, nanti lagi".

Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi. Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di dalam rumah aku sempat berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Anna.

Malam pun tiba, aku seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Anna membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku ditawari makan lalu aku diciumnya, namun tangan tante Anna kembali menggerayangi penisku. Aku terangsang tapi niatku untuk bersetubuh lagi dengannya tertunda karena aku ada janji dengan teman.

*****

Cerita ini aku sudahi dulu, namun so pasti, kejadian yang kualami ini selalu terulang setiap malam bahkan kadang di siang hari pada saat anaknya sudah berangkat sekolah. Terkadang di siang hari sambil memutar film BF kami bermain dengan mengikuti apa yang ada di adegan film tersebut. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan banyak yang aku pelajari dari permainan sexku dengan Tante Anna.

Bagi tante-tante yang ingin berkenalan, silakan email saya. Saya tunggu kritik dan sarannya.


E N D